Pernyataan tentang janda kaya nikahi pengangguran dari calon Wakil Gubernur DKI Jakarta nomor urut 1, Suswono, baru-baru ini menjadi sorotan. Dalam sebuah forum bersama relawan Bang Japar, Suswono bercanda dengan menyarankan agar para janda kaya mempertimbangkan untuk menikahi pria muda pengangguran. Kelakar ini langsung memicu kontroversi setelah contoh yang diberikan Suswono terkait Siti Khadijah, istri Nabi Muhammad SAW, yang disampaikannya di depan publik. Ungkapan tersebut tidak hanya menuai polemik, tetapi juga rencana pelaporan oleh beberapa kelompok masyarakat.
Suswono, melalui akun media sosialnya, akhirnya mengeluarkan permintaan maaf dan mengakui bahwa pernyataan tersebut kurang bijaksana. Menurutnya, guyonan itu muncul secara spontan dan sama sekali tidak bertujuan untuk menyinggung agama maupun sosok Rasulullah SAW.
Awal Mula Kontroversi Janda Kaya Nikahi Pengangguran oleh Suswono
Awal mula kontroversi ini bermula ketika Suswono menghadiri deklarasi dukungan dari relawan Bang Japar di Jakarta Selatan, Sabtu (26/10/2024). Dalam kesempatan itu, Suswono menyampaikan gagasan tentang “kartu anak yatim,” yang diusulkan sebagai bentuk perhatian khusus untuk anak-anak yang kehilangan orang tua. Ketika ada warga yang bertanya soal kartu khusus untuk para janda, Suswono menjawab bahwa kartu tersebut akan tersedia untuk janda-janda yang kurang mampu.
Di sinilah kelakar janda kaya nikahi pengangguran terlontar. Suswono menyarankan agar janda kaya tidak perlu mendapat kartu bantuan, namun lebih baik menikahi pemuda pengangguran untuk membantu perekonomian mereka. Ia juga memberi contoh tentang Siti Khadijah, seorang wanita kaya yang menikah dengan Nabi Muhammad SAW di usia muda. Pernyataan ini, meski dimaksudkan sebagai lelucon, ternyata menimbulkan perdebatan karena dianggap merendahkan sosok Rasulullah.
Pernyataan Suswono yang Menggunakan Contoh Siti Khadijah dan Nabi Muhammad SAW
Di tengah kelakarnya, Suswono menyebut bahwa Siti Khadijah adalah seorang wanita kaya yang menikahi Nabi Muhammad SAW, yang saat itu belum menjadi nabi dan masih berusia muda. Ia mengatakan, “Ingat Khadijah? Dia konglomerat. Nikahi siapa? Ya Nabi waktu itu belum jadi Nabi, masih muda. Itu contoh.”
Namun, pernyataan tersebut langsung menuai kritik. Banyak yang menilai bahwa menyebut Nabi Muhammad sebagai “pemuda pengangguran” saat menikahi Siti Khadijah adalah bentuk kekeliruan. Muhammadiyah, melalui laman resminya, membantah pandangan ini. Mereka menegaskan bahwa Nabi Muhammad SAW sudah menunjukkan karakter yang luhur sejak muda dan memiliki pekerjaan sebagai pedagang.
Permintaan Maaf Suswono dan Penjelasannya
Merespons kegaduhan yang timbul, Suswono kemudian meminta maaf secara terbuka. Ia menyampaikan permintaan maaf melalui video yang diunggah di akun media sosialnya, @pak_suswono, pada Senin (28/10/2024). Dalam video tersebut, Suswono menyatakan bahwa ia tidak pernah bermaksud untuk menyinggung siapa pun, apalagi merendahkan Rasulullah SAW. Ia juga mengakui bahwa guyonan tersebut tidak tepat dan tidak pada tempatnya.
Suswono mengungkapkan penyesalannya, “Saya memohon maaf sebesar-besarnya atas keliru saya sampaikan dalam forum tersebut. Guyonan ini tidak tepat dan tidak pada tempatnya. Saya akui kesalahan saya.” Ia juga menyampaikan bahwa kejadian ini menjadi pelajaran untuk lebih berhati-hati dalam berkomunikasi, terutama di depan publik.
Respons GP Ansor dan Rencana Pelaporan ke Polisi
Meski Suswono telah menyampaikan permintaan maaf, GP Ansor DKI Jakarta tetap berencana melaporkan pernyataan janda kaya nikahi pengangguran tersebut ke polisi. Menurut Sekretaris GP Ansor DKI, Sulton, pelaporan ini akan dilakukan di Polda Metro Jaya. Sulton mengatakan bahwa pernyataan Suswono dianggap mengandung unsur pelanggaran terhadap Pasal 156a KUHP tentang penodaan agama dan Pasal 28 ayat (2) UU ITE tentang penyebaran informasi berbasis SARA.
“Kami akan berkoordinasi dengan pihak polisi terkait pelaporan ini. Ini akan menjadi langkah untuk menghindari ucapan-ucapan yang berpotensi menyinggung agama,” ujar Sulton. Menurut GP Ansor, kelakar tentang janda kaya nikahi pengangguran ini tidak patut, apalagi jika melibatkan tokoh agama seperti Nabi Muhammad SAW.
Fakta-Fakta tentang Pernyataan Janda Kaya Nikahi Pengangguran oleh Suswono
Pernyataan Suswono ini menghadirkan beberapa fakta yang perlu dicatat:
- Pernyataan Awal: Pernyataan terkait janda kaya nikahi pengangguran disampaikan dalam acara deklarasi dukungan Bang Japar. Ketika itu, Suswono sedang membahas kartu yatim dan menjawab pertanyaan soal kartu janda.
- Konteks Kelakar: Menurut Suswono, pernyataan tersebut adalah kelakar yang dilontarkan secara spontan. Namun, pernyataan ini memancing kritik karena dianggap kurang bijaksana.
- Polemik yang Muncul: Pernyataan ini menuai polemik karena dianggap merendahkan sosok Nabi Muhammad SAW. Kritik juga datang dari Muhammadiyah yang menyatakan bahwa anggapan Nabi sebagai “pemuda pengangguran” adalah keliru.
- Permintaan Maaf Suswono: Suswono sudah menyampaikan permintaan maaf terbuka dan mencabut ucapannya. Ia berjanji akan lebih berhati-hati ke depannya.
- Pelaporan ke Polisi: GP Ansor DKI Jakarta berencana melaporkan pernyataan Suswono ke polisi atas dugaan penodaan agama dan penyebaran informasi yang berpotensi menimbulkan kebencian.
Pentingnya Etika Berkomunikasi di Depan Publik
Kontroversi pernyataan janda kaya nikahi pengangguran mengingatkan kita pada pentingnya etika berkomunikasi di depan publik. Terlebih lagi, sebagai calon pemimpin, Suswono diharapkan lebih berhati-hati dalam menyampaikan pesan, agar tidak menimbulkan kesalahpahaman. Kelakar yang mungkin terdengar lucu dalam situasi tertentu, bisa saja dianggap tidak pantas di situasi lain, apalagi jika terkait hal-hal yang sensitif seperti agama.
Penting bagi tokoh publik untuk memegang prinsip kehati-hatian dalam berbicara. Kesalahan dalam penyampaian bisa berdampak besar, terlebih di era digital seperti saat ini di mana informasi mudah tersebar luas.
Pernyataan Suswono tentang janda kaya nikahi pengangguran memberikan banyak pelajaran, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat. Meski sudah meminta maaf, pernyataan ini tetap meninggalkan polemik dan menjadi pelajaran penting tentang etika berkomunikasi. Pernyataan ini juga mengingatkan kita bahwa candaan yang melibatkan agama atau tokoh agama sebaiknya disampaikan dengan sangat hati-hati.
Sebagai calon pemimpin, Suswono diharapkan bisa memegang komitmen untuk lebih bijak dalam berkomunikasi ke depannya. Semoga kejadian ini bisa menjadi refleksi bagi seluruh masyarakat, khususnya bagi tokoh publik yang memiliki pengaruh besar.